LAPORAN PRAKTIKUM ALAT ELEKTROMEDIK
DENTAL CHAIR UNIT
TINGKAT / KELOMPOK : II / A3
1. ADDIN ADDILA : (P2. 31. 38. 0. 09. 003)
2. ANDRI KOESBIANTORO : (P2. 31. 38. 0. 09. 008)
3. BIYAN RIZKY ANANDA : (P2. 31. 38. 0. 09. 013)
4. FADLI ASRORI : (P2. 31. 38. 0. 09. 018)
5. INDRA BUDI GUNAWAN : (P2. 31. 38. 0. 09. 027)
6. MAYA SUMBI : (P2. 31. 38. 0. 09. 033)
7. RADITYA MAYUDI : (P2. 31. 38. 0. 09. 043)
8. RICHO FITRA PRIALIA : (P2. 31. 38. 0. 09. 048)
9. TIKA DWI JAYANTI : (P2. 31. 38. 0. 09. 057)
10. YORINDA NOVLIFIANI : (P2. 31. 38. 0.09. 062)
DOSEN PEMBIMBING : ANDI SAMBIONO
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II
JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
2010
LAPORAN PRAKTIKUM ALAT ELEKTROMEDIK
DENTAL CHAIR UNIT
A. TUJUAN
a. Agar mahasiswa dapat mengenal wiring diagram dental chair unit.
b. Agar mahasiswa dapat mampu membaca dan mengetahui cara kerja wiring diagram.
c. Agar mahasiswa dapat menganalisa kemungkinan-kemungkinan kerusakan yang akan terjadi.
d. Agar mahasiswa dapat memperbaiki kerusakan yang timbul.
e. Agar mahasiswa dapat merancang bangun rangkaian dental chair.
B. PERALATAN DAN KOMPONEN
Komponen yang digunakan :
a. Fuse 10 A : 1 buah
b. Fuse 5 A : 1 buah
c. Tag switch 1 : 5 buah
d. Tag switch 2 : 1 buah
e. Molek 2 pin : 8 buah
f. Molek 6 pin : 4 buah
g. Molek 8 pin : 1 buah
h. DIP switch 2 bit : 1buah
i. Motor hidrolik AC 220 V : 1 buah
j. Trafo step down 28 Volt : 1 buah
k. Toggle Switch : 1 buah
l. Selenoid Valve : 6 buah
m. Relay 8 kaki : 4 buah
n. Relay 14 kaki : 1 buah
o. Main Switch : 1 buah
p. Dioda bridge : 1 buah
q. Capasitor 1000 F 35 V : 1 buah
r. Capasitor 100 F : 1 buah
s. Capasitor 10 F 50 V : 1 buah
t. Capasitor 1 F 50 V : 1 buah
u. IC LM 317 : 1 buah
v. Resistor 120 K : 1 buah
w. Resistor 5 K : 1 buah
x. Potensio meter 5 K : 1 buah
Peralatan yang digunakan :
a. PCB fiber
b. Bor
c. Power supply DC
d. AVO meter
e. Papan percobaan
f. Kawat jumper
g. Solder
h. Timah
i. Feriklorit
j. Tang
k. Obeng
l. Gergaji
m. Nampan
C. PROSEDUR PEMBUATAN
a. Siapkan alat dan bahan yang dibutuhkan.
b. Periksa kondisi komponen.
c. Buat layout dari wiring diagram dental chair yang ada.
d. Print layout yang telah dibuat, selanjutnya difotokopi transparan.
e. Siapkan PCB dan layout yang telah difotokopi transparan.
f. Setrika layot diatas PCB yang telah disiapkan dan keringkan.
g. Siapkan bubuk feriklorit dan larutkan didalam nampan.
h. Masukkan PCB yang dilayout kedalam nampan berisi larutn feriklorit.
i. Keringkan hasil ecingan.
j. Bor PCB sesuai rangkaian yang telah diecing.
k. Rakit komponen dalam rangkaian.
l. Solder komponen diatas rangkaian.
m. Rangkaian diuji coba.
D. CARA KERJA RANGKAIAN
· Tegangan dari PLN masuk melalui kabel-kabel input kemudian masuk ke travo step down.
· Selanjutnya tegangan keluar dari trafo sekunder sebesar 28 V masuk ke rangkaian regulator yang berfungsi sebagai penyearah untuk menghasilkan output yang dapat kita tentukan dan agar output yang dihasilkan .
· Tegangan tersebut dimulai dengan masuk ke dioda bridge kemudian masuk ke IC regulator LM 317 dengan melalui 2 kapasitor sbagai pembuang arus AC dan meneruskan arus DC. Setelah itu output dari IC dipasang potensio meter sebagai pengatur tegangan yang kelur dari regulator.
· Output rangkaian regulator diparalel menjadi 2. Pada cabang pertama tegangan masuk pada operasiton switch yang akan menuju relay dan pada cabang yang kedua untuk menggerakkan motor relay.
· Setelah motor relay bekerja menutup kontaktor yang terdapat pada motor sehngga motor bekerja dengan tegangan AC 220 Volt. Selenoid valve bekerja dari masukan AC 28 V yang berasal dari travo sekunder menuju kontaktor kedua relay yang telah terhubung menuju selenoid dan Selenoid bekerja dan
·
a. Untuk mengaktifkan backrest down, saklar dari backrest down ditekan lalu arus mengalir melalui kabel brown.
Selanjutnya arus mengalir menuju backrest relay. Dari relay arus masuk ke beckrest down limit switch dan kemudian masuk ke kabel grey dan kembali ke travo. Tegangan pada relay menarik 2 kontaktor sehingga arus masuk ke dalam motor relay dan backrest down selenoid valve. Pada saat posisi tertentu backrest menekan backrest limit switch sehingga tangkaian backrest down relai akan terputus dan bacrest solenoid valve berhenti.
b. Untuk mengaktifkan backrest up, saklar dari backrest up ditekan lalu arus mengalir melalui kabel red.
Selanjutnya arus mengalir menuju backrest up relay. Dari relay arus masuk ke backrest up limit switch dan kemudian masuk ke kabel grey dan kembali ke travo. Tegangan pada backrest up relay menarik 2 kontaktor sehingga arus masuk ke dalam motor relay dan backrest up selenoid valve. Pada saat posisi tertentu backrest menekan backrest limit switch sehingga tangkaian backrest up relay akan terputus dan backrest up solenoid valve berhenti.
c. Untuk mengaktifkan up switch, saklar dari up switch ditekan lalu arus mengalir melalui kabel orange.
Selanjutnya arus mengalir menuju up switch relay. Dari relay arus masuk ke up limit switch dan kemudian masuk ke kabel grey dan kembali ke travo. Tegangan pada up switch relay menarik 2 kontaktor sehingga arus masuk ke dalam motor relay dan up switch selenoid valve. Pada saat posisi tertentu up switch menekan up limit switch sehingga tangkaian backrest down relai akan terputus dan up solenoid valve berhenti.
d. Untuk mengaktifkan down switch, saklar dari down switch ditekan lalu arus mengalir melalui kabel yellow.
Selanjutnya arus mengalir menuju down limit switch. Dari down limit switch arus masuk ke down solenoid valve dan kemudian masuk ke kabel grey dan kemudian arus masuk kembali ke travo.
e. Untuk mengaktifkan reset switch, saklar dari down switch ditekan lalu arus mengalir melalui kabel blue.
Selanjutnya arus mengalir menuju reset relay. Reset relay mengaktifkan 4 kontaktor.
Ø Kontaktor pertama mengembalikan kembali kerja alat backrest up keposisi semula.
Ø Kontaktor kedua mengembalikan kembali kerja alat down switch keposisi semula.
Ø Kontaktor ketiga tidak terhubungan dengan dengan salah satupun switch.
Ø Ketika kontaktor keempat terhubung, kontaktor relay dari motor relay untuk motor hidrolik bekerja. Saat itu pula backrest up solenoid valve dan down solenoid valve dan bekerja mengembalikan posisi dental chair ke posisi semula. Kontaktor yang terhubung menglirksn arus ke kabel grey dan ke travo.
· Emergency up switch berfungsi untuk menghentikan kerja reset switch. Bila emergency up switch ditekan lagi bisa mengaktifkan up switch selenoid valve.
E. ANALISA KERUSAKAN
No. | Bagian yang rusak | Analisa | Cara mengatasi |
1 | Motor hidrolik tidak bisa memompa | Klepnya bocor Putusnya fuse Kerusakan pada kontraktor Kerusakan pada motor hidrolik | Penggantian motor Penggantian fuse Pemeriksaan pada kontraktor Pengecekan atau penggantian pada motor |
2 | Transformator tidak mampu menghasilkan tegangan yang diinginkan | Lilitannya putus Kerusakan pada kontraktor Putusnya kabel | Penggantian fuse Pemeriksaan pada kontraktor Perbaikan pada kabel |
3 | Tak mampunya relay memindahan kontraktor | Kumparan putus Relay terbakar | Penggantian relay Penggantian relay |
4 | Selenoid tidak mampu mengatur tekanan yang diberikan pada dental chair | Kerusakan pada klep | Penggantian pada selenoid |
5 | Dental chair tak mampu mereset | Rusaknya kontaktor Putusnya kumparan relay atau terbakarnya relay | Penggantian kontaktor Pengggantian relay |
F. DOKUMENTASI KERJA PRAKTIK
Berikut beberapa hasil jepretan saya, selama pengerjaan modul. Kenangan bersama teman-teman kelompok praktik A3 jurusan Teknik Elektromedik, politeknik kesehatan Jakarta II.
G. KESIMPULAN
Berdasarkan proses pembuatan dental chair unit dapat kami simpulkan bahwa :
1. Rangkaian ini bekerja berdasarkan prinsip tekanan udara pada selenoid dan motor hidrolik.
2. Rangkaian ini juga menggunakan rangkian regulator sebagai pemberi tegangan DC agar mendapatkan tegangan DC 28 V, haltersebut untuk mensiasati output dari trafo yang sebesar 28 V AC agar menjadi 24 V DC sehingga sesuai dengan relay yang dipakai.
3. Semua rangakaian kerja dari alat tersebut berjalan sesuai rencana.
1 komentar:
Posting Komentar