Semakin lama aku mengikuti liqoan dan organisasi dimana aku bernaung sekarang maka semakin terkuaklah sikap-sikap diri yang selama ini yang tidak aku ketahui. Dari sikapku yang baik sampai sikap aku yang terburuk, tapi lebih enak jabarin yang jelek-jeleknya saja. semoga bisa jadi bahan renungan juga bagi teman-teman pembaca blog ini... insyaALLAH...
- Aku tak suka hanya mengomongkan seseorang saja dibelakang. Terutama tentang keburukannya. Sama bagiku dengan bergunjing. Otomatis saja aku saat syuro langsung mengatakan rasa ketidksukaan aku pada si akhi atau si ukhti. Contohnya saja syuro malam ini. Si akhi yang tak disebut namanya(Sebutnya akhi N), diminta para akhwat untuk mengkoordinasikan untuk mengisi datanya sama si ukhti dari sekretaris( sebut aja ukhti B). Menurut rumornya akhi N ini sangaat jaraang menge-sms langsung sama orang yang dibutuhin. Kalau di mau sms mesti ke orang yang berbeda. Misalnya dalam kasus ini yang di sms malah temen sekamar ukhti B ( sebut ukhti R). Tentu menimbulkan tanda tanya kan? Apa sih maksud si akhi N ini? Dilain kesempatan saat mau melakukan perjalanan pagi, aku dan temen sekamar aku dari divisi yang sama (sebut ukhti H) udah menunggu datangnya perwakilan dari ikhwan, paling tidak sekadar sms. Tapi ternyata yang di sms malah ukhti yang tinggalnya diseberang kamar aku ( kali ini sebut ukhti T) yang nyata-nyata beda divisi dengan aku dan ukhti H terutama dengan si Akhi N. Ya ampun, aku sampai brfikir, walaupun aku lebih sering masa bodoh lah dengan urusan-urusan seperti ini, akhi N ini pengen nebar pesona?? Apa dia tidak punya nomor akhwat yang satu divisi dengan dia. Kemana saja Anda??? Makanya aku emosi.... emosi....emosi... Astagfirullahal'azim.
- Aku tidak suka syuro berlama-lama. Makin lama makin emosi. Bawaan apa gitu? Pengennya marah-marah deh. Memang dari sananya aku males berlama-lama sih. Apalagi Cuma mendengar kata-kata monoton yang sifatnya menekan dan otoriter.
- Aku suka memaksakan kehendak. Saking seneng maksain kehendak sampai-sampai jika mau memberi pendapat, akhwat yang lain langsung siaga dan berkata seperti ini, "Sabar ukh, ngomongnya pelan-pelan. Yang lembut," kata sang ukhti yang sudah lama ada di organisasi aku. Bisa dibilang senior lah ( sebut saja ukhti A). Jika ditegur aku langsung istigfar sendiri trus diam....diem...diem...sambil meratapi kekesalan aku.
- Aku suaranya susah ditahan saat mengungkapkan pendapat. Maksudnya kan hanya dibicarakan untuk sesama akhwat saja ternyata malah suara aku menggema sampai seluruh masjid. Jangan-jangan para ikhwan itu malah ikut mendengarkan. Aih, malu. Salh satu masalah besar juga ya ini.
- Aku segan dan tak mau mengajak seseorang untuk ikut di oraganisasi yang aku ikutin. Untuk itulah aku sama sekali tak ada bakat dalam kaderisasi. Prinsip aku. Aku cukup mengenalkan saja. Aku ajak sekali atau dua kali, jika dia tertarik ya ikut kalau tidak ya sudah aku tidak akan mengusik lagi. intinya inisiatif masing-masing. Sebab aku masuk organisasi yang sekarang aku bernaung adalah inisiatif aku sendiri. Oke lah aku ceritakan awal kejadiannya. Awalnya aku tertarik dengan sekelompok anak-anak kecil yang ramai berkumpul dengn guru-guru. Dalam hati kecil ini bertanya-tanya siapakah kerangan yang disana? Ada kegiatan apa sih? Ingin ikut, tapi bagaimana cara masuj kesana? Akhirnya semua pertanyaan-pertanyaan dalam hati kecil aku it terjawab dengan bertemunya aku dengan salah satu pengurus yang baru saja menyelesaikan studi di kampus ini. Setekah bayak bertanya, jadilah seperti sekarang. Awalnya diajak untuk kajian, trus open requitment eh alhamdulillah keterusan sampai sekarang.
Entahlah dengan kelebihan aku, setidaknya aku merasa tenang dengan situasi sekarang. Temen-temen di rohis jadi lebih sering memerhatikan aku dengan meminjami aku berbagai mcam buku dengan tema emosi dan diri. Subhanallah, indahnya ukhwah ini.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar